SIKAP BERKETUHANAN DALAM TAFSIR QS AL-HASYR:22-24 DAN QS AL-ISRA’: 110-111
Disusun Oleh :
Hanif Fatkhur
Aziz (133511027)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an adalah sumber utama yang dijadikan acuan dan pedoman kehidupan
manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa segala hal yang berkaitan dengan manusia
banyak yang telah disuratkan dan disiratkan dalam Al-qur’an. Dalam Al-qur’an
manusia dinyatakan sebagai makhluk yang bertuhan. Sehingga, tujuan utama
manusia diciptakan di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Tuhannya. Allah
Swt adalah Tuhan semesta alam, yang mencipta, merajai, dan mengatur dunia
seisinya. Tiada yang mampu menandinginya apapun bentuknya, dan bagaimanapun
usahanya. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang haq untuk disembah dan dijadikan
sebagai sandaran dalam kehidupan. Tempat dimana manusia mengadu dan memohon
pertolongan serta perlindungan. Maka, semua yang ada didunia ini tak luput dari
perhatian, perhitungan, dan ridha-Nya.
Selain itu, Allah Swt adalah yang Esa, yang tidak perlu kehadiran orang
lain untuk menunjukkan keagungan-Nya. Tuhan bukanlah bagian diantara
bagian-bagian alam semesta. Tuhan selalu hadir dimana saja dan bersama
semuannya, karena Dia adalah Maha segalanya. Maka, janganlah melupakan Tuhan
(Allah) sehingga (akhirnya) Allah akan membuat mereka lupa terhadap diri mereka
sendiri.[1]
Ingatlah Allah dengan nama-nama-Nya yang baik, dan agung (asmaul husna). Karena
Allah memiliki nama-nama yang mulia, yang mana bisa kita gunakan dalam berdzikir
dan munajat kepada-Nya. Dengan perantara nama-nama Allah tersebut, dapat lebih
mendekatkan manusia kepada-Nya. Sehingga, balasan yang baik akan diberikan
sebagai imbalan kedekatan seorang hamba yang taat dalam menunaikan segala
perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Berbagai uraian tersebut diatas, senada dengan penafsiran kandungan
Al-qur’an surat Al-Hasyr ayat 22-24, dan surat Al-Isra’ ayat 110-111 yang
berkaitan dengan ketuhanan. Dalam kedua surat tersebut disebutkan mengenai
ibrah ketuhanan. Ibrah ini sangat penting dalam rangka mempertebal iman dan
meningkatkan taqwa manusia kepada-Nya. Oleh karena itu, dalam penulisan makalah
ini penulis bermaksud menyajikan materi yang berisikan tafsir surat Al-Hasyr
ayat 22-24, dan surat Al-Isra’ ayat 110-111.
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa penjelasan dari QS al-Hasyr ayat 22-24?
2.
Bagaimana isi kandungan QS al-Hasyr ayat 22-24?
3.
Apa pelajaran dari QS al-Hasyr ayat 22-24?
4.
Apa penjelasan dari QS al-Israa’ ayat 110-111?
5.
Bagaimana isi kandungan QS al-Israa’ ayat 110-111?
6.
Apa pelajaran dari QS al-Israa’ ayat 110-111?
II. PEMBAHASAN
A. Penjelasan QS al-Hasyr
ayat 22-24
Sebelum membahas penafsiran ataupun penjelasan dari QS al-Hasyr ayat 22-24,
berikut lafadz dan artinya:
uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( ÞOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur ( uqèd ß`»oH÷q§9$# ÞOÏm§9$# ÇËËÈ uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd à7Î=yJø9$# â¨rà)ø9$# ãN»n=¡¡9$# ß`ÏB÷sßJø9$# ÚÆÏJøygßJø9$# âÍyèø9$# â$¬6yfø9$# çÉi9x6tGßJø9$# 4 z`»ysö6ß «!$# $£Jtã cqà2Îô³ç ÇËÌÈ uqèd ª!$# ß,Î=»yø9$# äÍ$t7ø9$# âÈhq|ÁßJø9$# ( ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# 4 ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur âÍyèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇËÍÈ
Artinya:
22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang
Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha
perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.
24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa,
yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi.
dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Penjelasan ayat:
“Dialah Allah Yang tiada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia (Ia menetapkan dalam nurani tentang keesaan dan kesatuan keyakinan, keesaan
dan kesatuan beribadah, keesaan dan kesatuan arah dan maksud, dan keesaan dan
kesatuan dorongan dan semangat dari sejak awal penciptaan dan akhirnya). Yang
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata (keyakinan tentang ilmu Allah tentang
perkara-perkara lahiriah dan perkara yang tersembunyi semakin kokoh dalam hati.
Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Perasaan ketenangan dan
damai dalam nurani kepada rahmat Allah dan kenikmatan-Nya akan semakin kokoh). Berikut
penjelasan lain dari QS al-Hasyr ayat 22:[2]
(هو الله الذى لا إله الا هو عالم الغيب والشهادة هو الرحمن
الرحيم) أخبر تعالى أنه لا إله الا هو فلا رب غيره و لا إله للوجود سواه و كل ما
يعبد من دونه فباطل وأنه عالم الغيب والشهادة أي يعلم جميع الكائنات المشاهدات لنا
والغائبات عنا فلا يخفى عليه شيئ فى الأرض ولا فى السماء من جليل وحقير وصغير
وكبير حتى الذر فى الظلمات. وقوله تعالى (هو الرحمن الرحيم) قد تقدم اكلام على ذلك
فى أول التفسير بما أغنى عن إعادته ههنا, والمراد أنه ذو الرحمة الواسعة الشاملة
لجميع المخلوقات فهو رحمن الدنيا والاخيرة ورحمهما (ورحمتى وسعت كل شيئ) وقال
تعالى (كتب ربكم على نفسه الرحمة) وقال تعالى قد بفضل الله وبرحمته فبذلك
فاليفرحوا هو خير مما يجمعون).
Dari penafsiran diatas penulis menguraikan maksudnya, yakni tiada Tuhan selain Allah. Tiada yang lainnya, tiada wujud yang mampu menyamai-Nya, dan segala sesuatu yang disembah selain Dia adalah sesat. Dialah yang Maha Mengetahui yang ghaib, dan segala sesuatu tak akan luput dari pandangan-Nya, tidak tersembunyi semua yang ada di bumi dan di langit; apakah baik, buruk, kecil atau besar meskipun itu dalam kegelapan. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang mampu memberikan kasih sayang yang menyeluruh dan luas secara komprehensif untuk semua makhluk, kasih sayang di dunia dan diakhirat. (dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu) dan Yang Mahakuasa berkata (dituliskan kepadamu rahmatmu) dan Allah mengatakan bahwa itulah sebenar-benarnya rahmat yang merupakan kebahagiaan, dan Dia lebih baik dari semuanya.
“Dialah Allah
Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia (sehingga, semakin kokohlah dalam hati, ini adalah pegangan hidup kita.
Disanalah terletak kejadian alam semesta. Alam yang sangat teratur yang
penciptanya hanya satu. Tidak berserikat, tidak berkongsi sehingga tidak
berebut kuasa antara yang satu dengan yang lain dan tidak pula berbagi kuasa.[3] Sehingga,
tidak ada raja, melainkan) raja (itu sehingga, hanya ada satu tuan,
dimana harus menyerahkan segalanya kepada-Nya dan tidak akan melayani
selain-Nya), Yang Maha Suci (kesucian dan kebersihan mutlak), Yang mahasejahtera
(Yang menyebarkan tentang keselamatan, keamanan, kedamaian dalam
lembaran-lembaran ruang alam semesta), Yang menganugerahkan keamanan (pemberi
keamanan dan penganugerahan keimanan), Yang Maha Memelihara (kebijakan
dalam kekuasaan dan pengawasan), Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Memiliki Segala Keagungan
(kekuasaan, kemenangan, ketinggian, dan kejayaan), Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.
Dialah Allah (Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain-Nya. Dan tidak seorang pun
yang berstatus Tuhan yang benar selain-Nya) Yang Menciptakan, Yang
mengadakan, Yang membentuk rupa (memberi tanda dan ciri-ciri yang
diistimewakan diantara setiap sesuatu
dengan karakternya masing-masing yang khusus), Yang Mempunyai nama-nama
Yang Paling Baik (sangat indah nama-nama itu, tanpa memerlukan pujian
keindahan dari para makhluk dan tidak bergantung kepada keindahan yang mereka
lukiskan kepadanya. Keindahan yang mengisyaratkan tentang keindahan bagi hati
dan memenuhinya, yaitu pemandangan tasbih dalam lembaran-lembaran ruang alam
semesta dan muncul dari segala penjuru) bertasbihlah kepada-Nya apa yang ada
di langit dan di bumi. Dan, Dialah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.[4]
Dari uraian
penjelasan ayat 22-24 diatas, dapat ditegaskan bahwa Allah adalah dzat yang haq
dan mutlak untuk disembah, yang mengatur, dan mengawasi kehidupan makhluknya.
Sehingga, kita harus senantiasa bersyukur kepada-Nya dengan menjalankan peritah
dan menjauhi larangan.
B. Isi Kandungan QS al-Hasyr
ayat 22-24
Isi kandungan yang dibahas dalam QS al-Hasyr ayat 22-24 meliputi tiga
pokok, yakni:
1. Ayat 22
Allah yang menurunkan
al-Qur’an dan menetapkannya sebagai petunjuk bagi manusia, Dia adalah Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Dialah yang berhak disembah tidak
ada yang lain. Segala penyembahan terhadap selain Allah, seperti pohon, batu,
patung, matahari, dan sebagainya adalah perbuatan sesat. Dia Maha Mengetahui
segala yang ada, baik yang tampak maupun yang ghaib di langit dan di bumi. Dia
Maha Pemurah kepada makhluk-Nya dan Maha Pengasih.
2. Ayat 23
Dialah Allah, Tuhan Yang
Maha Esa, yang memiliki segala sesuatu yang ada, dan mengurus segalanya menurut
yang dikehendaki-Nya. Yang Maha Suci dari segala macam bentuk cacat dan
kekurangan. Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Memelihara keamanan, keseimbangan,
dan kelangsungan hidup seluruh makhluk-Nya, Maha perkasa tidak menganiaya
makhluk-Nya, tetapi tuntutan-Nya sangat keras. Dia Maha Besar lagi Maha Suci
dari segala apa yang dipersekutukan dengan-Nya.
3. Ayat 24
Allah pencipta seluruh
makhluk-Nya. Dia yang mengadakan seluruh makhluk dari yang tiada menjadi ada.
Yang membentuk makhluk sesuai dengan sifat dan tugasnya masing-masing. Dia
mempunyai sifat-sifat yang indah, nama yang agung, yang tidak dipunyai makhluk
yang lain, selain Dia. Kepada-Nya bertasbih dan memuji segala yang ada dilangit
dan dibumi.[5]
C. Pelajaran dari QS
al-Hasyr ayat 22-24
Dari penjelasan dan isi
kandungan yang telah dibahas sebelumnya, berikut ini adalah pelajaran yang
dapat dipetik dari QS al-Haysr ayat 22-24:
1. Penyebutan sifat ar-Rahman
dan ar-Rahim setelah menegaskan pengetahuan-Nya yang menyeluruh
mengisyaratkan bahwa Dia Maha Mengetahui keadaan makhluk-Nya sehingga semua
diberi-Nya rahmat sesuai dengan kebutuhan dan kewajarannya menerima.
2. Allah Swt sebagai al-Malik
mengandung arti bahwa Dia adalah yang menguasai dan menangani perintah dan
larangan, anugerah dan pencegahan. Dia yang dzat dan sifat-Nya tidak
membutuhkan segala yang wujud, tetapi segala yang wujud butuh kepada-Nya dalam
segala sesuatu dan menyangkut segala sesuatu.
3. Allah Swt sebagai al-Quddus
adalah Dia Yang Maha Suci dari segala sifat yang dapat dijangkau oleh indera,
dikhayalkan oleh imajinasi, atau yang terlintas dalam nurani dan pikiran. Dia
bukan saja Maha Suci dari segala sifat kekurangan, tetapi juga Maha Suci dari
segala sifat kesempurnaan yang diduga oleh makhluk, karena betapapun
sempurnannya yang terbayang dalam benak makhluk, Allah Swt lebih sempurna.
4. Allah Swt as-Salam
adalah Dia yang terhindar dzat dan perbuatan-Nya dari segala aib, kekurangan,
dan kepunahan sekaligus menghindarkan semua makhluk dari penganiayaan-Nya, dan
memberi salam kepada hamba-hamba-Nya di surga kelak.
5. Allah Swt al-Mukmin
adalah Dia pemberi rasa aman kepada makhluk dan yang kepada-Nya dikembalikan
rasa aman dan keamanan melalui anugerah-Nya tentang sebab-sebab perolehan rasa
aman dan keamanan itu serta menutup segala jalan yang menimbulkan rasa takut.
6. Allah Swt al-Muhaimin
adalah Dia yang menjadi saksi terhadap sesuatu serta memeliharanya. Dia yang
menangani atau mengawasi urusan makhluk-Nya dari sisi amal perbuatan mereka,
rezeki, serta ajal mereka.
7. Allah Swt al-‘Aziz
adalah Dia Yang Maha Mengalahkan siapa pun yang melawan-Nya dan tidak
terkalahkan oleh siapa pun. Dia juga yang tidak ada sama-Nya, serta tidak pula
dapat dibendung kekuatan-Nya, atau diraih kedudukan-Nya, dia begitu tinggi
sehingga tidak dapat disentuh oleh keburukan dan kehinaan, karena itu Dia-lah
Yang Maha Mulia.
8. Allah Swt al-Jabar adalah
Dia Yang Maha Tinggi sifat-sifat-Nya sehingga memaksa yang rendah tunduk
terhadap apa yang dikehendaki-Nya.
9. Allah Swt al-Mutakabbir
adalah Dia Yang Maha Besar, yang wajar bila memandang selain-Nya hina dan
rendah. Dia pemilik tunggal keagungan dan kesabaran. Karena itu, siapa yang
merasa agung dan besar, pasti cepat atau lambat direndahkan-Nya.
10. Allah Swt al-Khaliq
adalah Dia yang mengukur kadar ciptaan-Nya dan Dia adalah al-Bari’,
yakni Yang Menciptakan dan mengadakan dari ketiadaan, dan Allah pula adalah
al-Mushawwir karena Dia yang memberi bentuk dan rupa, cara dan substansi
bagi ciptaan-Nya.
11. Allah Swt al-Hakim
adalah Dia yang mengetahui ilmu yang paling abadi dan yang tidak tergambar
dalam benak makhluk dan yang ilmu-Nya itu tidak mengalami perubahan. Hanya Dia
juga yang mengetahui wujud yang paling mulia, karena hanya Dia yang mengenal
hakikat, zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Dialah Yang Maha Bijaksana itu, yang
mengatur segala sesuatu sehingga mewujudkannya dalam bentuk sempurna, yakni
mengundang manfaat serta menampik madharat bagi segala yang dikehendaki-Nya.[6]
D. Penjelasan QS al-Israa’
ayat 110-111
Sebelum
menguraikan penjelasan atau pun penafsiran dari QS al-Israa’ ayat 110-111,
berikut adalah lafadz dan maknanya:
È@è% (#qãã÷$# ©!$# Írr& (#qãã÷$# z`»uH÷q§9$# ( $wr& $¨B (#qããôs? ã&s#sù âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# 4 wur öygøgrB y7Ï?x|ÁÎ/ wur ôMÏù$séB $pkÍ5 Æ÷tFö/$#ur tû÷üt/ y7Ï9ºs WxÎ6y ÇÊÊÉÈ È@è%ur ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$# óOs9 õÏGt #V$s!ur óOs9ur `ä3t ¼ã&©! Ô7ΰ Îû Å7ù=ßJø9$# óOs9ur `ä3t ¼ã&©! @Í<ur z`ÏiB ÉeA%!$# ( çn÷Éi9x.ur #MÎ7õ3s? ÇÊÊÊÈ
110. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.
dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama
yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu".
111. dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak
dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang
memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya.
Penjelasan ayat:
Ayat ini dengan jelas telah memerintahkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Bahwa katakanlah: “Serulah Tuhan Yang Maha Esa
dengan nama Allah atau serulah Dia dengan nama ar-Rahman.
Dengan nama mana saja yang kamu seru diantara semua nama-nama-Nya, maka itu
adalah baik, Dia mempunyai al-Asma’ al-Husna, yakni nama-nama yang
terbaik. Tidak perlu ragu menyebut nama-nama itu, atau semuanya sekaligus
karena berbilangnya nama, tidak berarti berbilangnya Dzat. Selain itu, berkaitan
dengan nama Allah ar-Rahman ada penafsiran lebih detail sebagai berikut:[7]
È@è%) (#qãã÷$# ©!$# Írr& (#qãã÷$# z`»uH÷q§9$# ( $wr& $¨B (#qããôs? ã&s#sù âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# 4( ذكر هذا ~ والله أعلم ~ لأن العرب كانت لا تعرف الرسل
والكتب المنزلة من السماء ولا يؤمنون بهما, وكانت لا تعرف ذكر الرحمن ولا التسمية
به وكذلك غيره من الأسماءو لما لاسبيل إلا معرفة ذلك إلا بألسن الرسل والأنبياء,
وإما بالكتاب المنزلة من السماء, وإذا لم يؤمنوا بالرسل , ولا عرف الكتب, حملهم
ذلك على الإنكار والجحود لأسمائه, ولذلك قالوا: (وما الرحمن) {الفرقان: 60} وقوله:
(وهم يكفرون باالرحمن) {الرعد: 30} أي : يكفرون بذكر الرحمن واسمه؛ لما ذكرنا.
Dari penafsiran diatas penulis menguraikan maksudnya, yakni serulah Allah
atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai al-Asmaaul husna (nama-nama yang terbaik). disebutkan dalam
hal ini dan Tuhan yang tahu ~ karena orang Arab (musyrik) tidak tahu para
Rasul, dan kitab yang diturunkan dari langit, dan tidak percaya pada keduanya,
mereka tidak tahu kata ar-Rahman, tidak ada nama itu, atau yang lain
yang seperti itu, akan tetapi untuk mengetahui itu adalah melalui para rasul
dan nabi, melalui kitab-kitab yang diturunkan dari-Nya, dan jika mereka tidak
percaya para rasul, dan tidak tahu kitab-kitab-Nya, maka akibatnya mereka
melakukan penolakan, dan tidak menerima nama-nama-Nya, sehingga mereka
mengatakan, (dan apa ar-Rahman [Furqan: 60]) dan berkata: (Mereka kafir
dengan ar-Rahman [Guntur: 30]) yaitu: menyangkal mengingat ar-Rahman
dan nama-Nya; nama apa saja yang kita sebutkan.
Asmaul husna adalah nama-nama Allah
yang baik yang menunjukkan sifa-sifat-Nya yang mulia dan agung. Maka serulah
dengan salah satu nama itu, namun yang diseru tidak lain adalah yang Maha Esa
juga, yaitu Allah. Karena nama-nama yang beragam tersebut adalah nama dari
Tuhan Yang Maha Esa (Allah Swt).[8]
Dan selanjutnya janganlah
engkau mengeraskan suaramu dalam shalatmu atau doamu agar tidak mengganggu
orang lain atau agar tidak didengar oleh kaum musyrikin sehingga mereka
mengganggu atau menghina agamamu dan janganlah pula terlalu merendahkannya
sehingga tidak terdengar sama sekali dan carilah jalan tengah diantara kedua
itu, yakni suara yang tidak nyaring dan tidak pula rahasia, dan katakan pula
lah: “segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak karena
memang Dia tidak membutuhkannya dan tidak mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya karena hanya Dia sendirilah yang mencipta dan mengaturnya,
sedang sekutu adalah pertanda kelemahan, padahal Allah Maha Kuasa dan dia
bukan pula hina yang memerlukan penolong untuk mencegah kehinaan-Nya,
tetapi hanya Dia saja Yang Maha Agung dan karena itu agungkanlah Dia
dengan pengagungan yang sebesar-besarnya”.[9]
Kita semua tahu bahwasanya Allah adalah segalanya, diama segala yang ada
adalah diadakan olehnya, dan segala sesuatu akan menjadi tidak ada adalah
karena Dia yang meniadakan. Sehingga, segala yang ada harus menjadi pelajaran
untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada-Nya.
E. Isi Kandungan QS
al-Israa’ ayat 110-111
Dari penjelasan ayat
diatas, maka isi kandungan QS al-Israa’ ayat 110-111 adalah sebagai berikut:
1. Dalam ayat 110, tersirat
perintah menyeru Allah dengan Asmaul Husna, dan memahami serta menggunakannya
dalam berdoa kepada-Nya (dengan penghayatan). Karena dengan menghayati,
meghayati serta meresapinya dengan sebenar-benarnya, maka akan merasakan
keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya atas seluruh makhluk, dan merasakan
kasih sayang-Nya. Hal ini akan menimbulkan ketundukan, kepatuhan, dan kekhusyukan
pada setiap orang yang melakukan ibadah kepada-Nya. Sehingga, terdapat jaminan
akan dimasukkan ke surga-Nya bagi siapa yang menghafal, menghayati, dan
meresapi nama-nama Allah. Selain itu, dalam shalat dan berdoa tidak perlu
terlalu keras, tidak terlalu merendahkannya. Tapi dengan dilafadzkan dan
dihayati dengan hati.
2. Kesempurnaan Allah
Berkaitan dengan tanda kesempurnaan Allah Swt pada ayat 111, berikut adalah
sifat-sifatnya:
v
óOs9 õÏGt #V$s!ur
a. Bahwa Dia tidak mempunyai
anak. Karena, yang mempunyai anak akan menahan segala anugerahnya demi anaknya
saja, dan karena anak itu akan menggantikan bapaknya, setelah bapaknya
meninggal dan binasa.
v
óOs9ur `ä3t ¼ã&©! Ô7ΰ Îû Å7ù=ßJø9$#
b. Bahwa Allah tidak
mempunyai serikat dalam kerajaan-Nya, andaikan Allah mempunyai serikat, maka
tidaklah bisa diketahui, mana diantara keduanya yang patut mendapat pujian dan
disyukuri. Dan tentulah Allah lemah, perlu bantuan dari selainnya, dan tidak
sendiri lagi dalam kerajaan dan kekuasaan-Nya.
v
óOs9ur `ä3t ¼ã&©! @Í<ur z`ÏiB ÉeA%!$#
c. Bahwa Allah tidak
mempunyai penolong karena kehinaannya.
Maksudnya, Dia tidak mengangkat seorang pun sebagai penolong karena
kehinaannya, yang dengan pengangkatan seperti itu, penolong itu akan membelanya
dari kehinaan.
3. Perintah mengagungkan
Allah
Dalam ayat 111,
telah dirincikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengagungkan Allah
sebagai berikut:
a. Mengagungkan Allah
mengenai dzat-Nya dengan cara meyakini, bahwa Dia adalah yang pasti ada, karena
dzat-Nya, dan bahwa Dia tidak memerlukan segala yang ada.
b. Mengagungkan Allah mengenai
sifat-sifat-Nya. Yaitu, dengan meyakini bahwa Dia berhak memiliki segala sifat kesempurnaan
dan Maha Suci dari segala sifat kekurangan.
c. Mengagungkan Allah
mengenai perbuatan-perbuatan-Nya. Yaitu, dengan cara meyakini bahwa tidak ada
sesuatu pun yang berjalan pada kerajaan Allah, kecuali sesuai dengan hikmah dan
iradah-Nya.
d. Mengagungkan Allah mengenai
hukum-hukum-Nya. Yaitu, dengan meyakini bahwa Dia adalah Raja yang ditaati,
berhak memerintah dan melarang, meningkatkan derajat dan merendahkannya, bahwa
tidak ada seseorang pun yang berhak menentang sesuatu pun diantara
hukum-hukum-Nya. Dia memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan merendahkan
siapa saja yang merendahkan-Nya. [10]
F. Pelajaran dari QS
al-Israa’ ayat 110-111
Dari penjelasan dan kandungan QS al-Israa’ ayat 110-111, maka dapat
diperoleh pelajaran sebagai berikut:
1. Allah mempunyai nama-nama
yang terindah. Seseorang dipersilakan menyebut salah satu nama atau seluruh
nama-Nya itu dalam berdoa.
2. Berdoa hendaknya
dilakukan tidak dengan suara keras yang mengganggu pendengarnya, tapi tidak
juga dengan berbisik sehingga tidak melahirkan kemantapan hati.[11]
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir QS al-Hasyr ayat 22-24 dan aal-Israa’ ayat 110-111 berisikan tentang
sikap berketuhanan. Dimana kita bisa mengetahui berbagai sifat-sifat Allah yang
terangkum dalam nama-nama-Nya yang baik, dan agung. Selain itu, kita juga
memperoleh berbagai petunjuk yang diberikan Allah, seperti dalam shalat dan doa
yang digambarkan untuk lebih dihayati. Sehingga, dalam pengamalan sikap yang
berbasiskan qur’ani (membumikan budaya qur’an) akan lebih ditingkatkan. Dengan
lebih sering berdzikir kepada Allah, maka, manusia akan semakin dekat dengan
Allah Swt, dan semakin tinggi keimanan, dan ketaqwaannya kepada Allah.
B. Saran
Alhamdulillah, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik penulis, maupun
pembaca. Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai literatur tambahan
terkait dengan pembahasan tafsir ayat ketuhanan.
Akhirnya, penulis
menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Sehingga, penulis mengharapkan kritik, dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini serta penulisan makalah lain pada
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
al-Hafidz ibnu
Katsir al-Damisyqi, Abi Fida’, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim, Bairut: Nurul
‘Ilmiy
al-Maraghi,
Ahmad Mustafa. 1998. Tafsir Maraghi. Terj. Bahrun Abubakar, dkk Semarang:
Toha Putra
al-Maturidi, Abu
Mansyur. Ta’wilat Ahl-Sunnah. Bairut: Darul Kitab ‘Ilmiyah
Departemen
Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid X. Jakarta: Lentera Abadi
Hamka. 1983. Tafsir
al-Azhar Juzu ke 13-14. Jakarta: Pustaka Panjimas
Quthb, Sayyid.
2004. Tafsir fi dzilalil Qur’an jilid 11. Terj. As’ad Yasin, dkk. Jakarta:
Gema Insani
Rahman, Fazlur.
1980. Tema Pokok Al-Qur’an. Bandung: Pustaka
Shihab, Quraish.
2012. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati
[2]
Abi Fida’ al-Hafidz ibnu Katsir
al-Damisyqi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim, (Bairut: Nurul ‘Ilmiy, tt),
hlm. 343
[4] Sayyid Quthb, Tafsir fi dzilalil
Qur’an jilid 1, terj. As’ad Yasin, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.
223-225
[9]
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah
Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 7, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm. 565-566
[10]
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir
Maraghi, terj. Bahrun Abubakar, dkk (Semarang: Toha Putra, 1998), hlm.
217-219


Komentar
Posting Komentar