EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
Oleh: Hanif Fatkhur Aziz
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya pemahaman konsep peserta didik di MTs Matholi’ul Falah yang masih rendah seperti menyatakan ulang suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, dan mengaplikasikan konsep/algoritma ke dalam pemecahan masalah. Hal ini disebabkan oleh minimnya keterlibatan dan keaktifan peserta didik di dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung hanya terpusat pada pendidik sehingga kesempatan peserta didik dalam menyampaikan pendapatnya dan mengkonstruksikan sendiri pemahamannya terbatas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep segiempat kelas VII MTs Matholi’ul Falah? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual terhadap pemahaman konsep peserta didik kelas VII pada materi segiempat. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only control design. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep segiempat peserta didik kelas VII MTs Matholi’ul Falah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual tergolong lebih baik daripada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan rata-rata pemahaman konsep matematika yang signifikan antara peserta didik yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual dan peserta didik yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Kata Kunci: pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran konvensional, pemahaman konsep segiempat
Pendahuluan
Pemahaman konsep merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Lerner mengemukakan bahwa kurikulum bidang matematika hendaknya mencakup tiga elemen yang meliputi konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah. (Abdurrahman, 2010: 253). Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek (Fathani, 2009: 61). Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang dibutuhkan dalam mengemukakan kembali ilmu yang diperoleh kepada orang lain baik secara lisan ataupun tulisan sehingga orang lain tersebut mengerti dengan apa yang dikemukakan. (Murizal, Dkk, 2012: 19). Pentingnya pemahaman telah dijelaskan dalam kitab Ta’lim al-muta’alim yang berbunyi (Azzarnuji, tt):
حفظ حرفين خير من سماع وقرين وفهم حرفين خير من حفظ وقرين
Artinya: “Menghafalkan dua huruf lebih baik daripada mendengarkan dua lembar. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghafalkan dua lembar”
Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa pemahaman akan lebih memberikan daya ingat yang besar karena telah tertanam dalam diri. Karena ketika mendengarkan peserta didik tidak bisa mengambil semua informasi yang masuk kecuali kalau telah dipahami. Begitu juga, ketika menghafalkan jika tanpa memahami maknanya akan mudah untuk lupa. Dengan pemahaman tersebut peserta didik akan lebih mudah menyatakan, menafsirkan suatu konsep, serta menyelesaikan permasalahan yang terkait. Adapun beberapa indikator yang dapat menunjukkan pemahaman konsep sesuai dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (Wardani, 2008: 10-11) dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat sesuai dengan konsepnya, memberikan contoh dan bukan contoh, menyajikan konsep dalam berbagai macam-macam bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat yang perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggandakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu dan mengaplikasikan konsep/algoritma ke dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, indikator tersebut harus dijadikan acuan oleh guru dalam mengkonstruksikan pemahaman konsep peserta didik melalui pembelajaran, termasuk pada materi segiempat.
Segiempat merupakan materi yang diajarkan di kelas VII semester genap pada satuan pendidikan menengah pertama (SMP/MTs). Pembelajaran pada materi segiempat menuntut adanya kreativitas dari guru dalam menyampaikannya. Hal ini dikarenakan materi segiempat tidak hanya berkaitan dengan ukuran dan gambar saja, akan tetapi materi ini memiliki banyak keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik membutuhkan pemahaman konsep yang memadai untuk dapat menjelaskan, mendalami dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi segiempat. Oleh karena itu, karakteristik pada materi segiempat memerlukan ketercapaian pemahaman konsep.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pemahaman konsep peserta didik kelas VII terhadap Zainul Umam, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika di MTs Matholi’ul Falah Sumanding pada tanggal 24 November 2016 pukul 09.10 WIB, pemahaman konsep peserta didik masih tergolong lemah. baik dalam hal menyatakan ulang konsep, menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika maupun mengaplikasikan konsep/algoritma ke dalam pemecahan masalah. Segiempat merupakan materi yang telah diperoleh peserta didik di Sekolah Dasar, namun peserta didik masih kesulitan menyatakan kembali definisi atau sifat-sifat dari segiempat. Peserta didik juga belum bisa menyajikan konsep segiempat ke dalam berbagai bentuk representasi matematika seperti menggambarkan, menerjemahkan atau memodelkan konsep secara benar. Selain itu, peserta didik belum mampu mengaplikasikan konsep/algoritma secara tepat dalam memecahkan permasalahan. Menindaklanjuti hasil wawancara tersebut, peneliti melakukan observasi untuk melihat kesesuaian kondisi dan proses pembelajaran termasuk pemahaman konsep peserta didik dengan hasil wawancara. Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 2017 pada materi himpunan, diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model konvensional (ceramah). Pembelajaran berlangsung kurang aktif dan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Sebagian besar peserta didik kelas VII masih rendah lemah dalam memahami konsep. Lemahnya pemahaman konsep peserta didik pada materi ditandai dengan peserta didik masih bingung dalam mendefinisikan ulang konsep seperti menyatakan kembali definisi himpunan, himpunan semesta, dan himpunan kosong. Selain itu, peserta didik juga masih sulit dalam mengubah suatu pernyataan dalam bentuk representasi matematika seperti merubah pernyataan ke dalam diagram venn. Tidak hanya itu, peserta didik juga masih salah dalam mengaplikasikan konsep/algoritma ke dalam pemecahan masalah yang mengakibatkan penyelesaian masalah terkait konsep kurang tepat seperti dalam mencari anggota suatu himpunan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep peserta didik masih lemah. Dalam pembelajaran, peserta didik hanya menerima penjelasan dari guru tanpa ada proses menemukan konsep sehingga peserta didik kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan guru dalam pembelajaran masih lebih dominan daripada peserta didik. Hal ini menyebabkan ketergantungan peserta didik terhadap penjelasan dari guru secara menyeluruh yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Ketergantungan peserta didik terhadap penjelasan dari guru mengakibatkan pembelajaran lebih bersifat teacher centered.
Pembelajaran yang bersifat teacher centered bertentangan dengan konstruktivisme karena pengetahuan dibentuk oleh guru bukan oleh peserta didik sendiri. Kesempatan peserta didik untuk aktif menjadi berkurang karena guru menjadi pusat pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus melakukan inovasi untuk mengatasi pembelajaran yang bersifat teacher centered. Salah satunya, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan latar belakang yang berbeda. Pembelajaran kooperatif sendiri terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah Number Head Together (NHT).
Number Head Together (NHT) menawarkan pembelajaran yang aktif karena seluruh peserta didik memiliki tanggung jawab untuk membangun pengetahuannya sendiri dan saling berbagi dengan anggota kelompok. Hal ini ditandai dengan pemberian nomor kepada setiap peserta didik. Penerapan NHT akan mampu mendorong keterlibatan dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rostien Puput Anggoro yang menunjukkan bahwa penerapan Number Head Together (NHT) berpengaruh terhadap prestasi belajar dan partisipasi peserta didik (Anggoro, 2015: 71). Keterlibatan dan partisipasi aktif peserta didik terbukti mampu mendorong pemahaman konsep peserta didik.
Adapun pendekatan pembelajaran yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peran peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya (Hamruni, 2009: 189). Dalam pendekatan kontekstual ada tujuh macam komponen yang dapat digunakan yang bisa menunjang pemahaman konsep yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik (Trianto, 2010: 111). Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, pendekatan kontekstual menekankan keterlibatan peserta didik dalam membangun pemahamannya terhadap suatu materi. Pendekatan kontekstual membantu peserta didik mengkonstruksikan pemahamannya dengan aktif menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu, pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik sedangkan peran guru adalah sebagai mediator dan fasilitator. Sehingga, pendekatan kontekstual dapat mendukung peningkatan pemahaman konsep peserta didik.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran di kelas akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman konsep peserta didik. Dengan adanya kerjasama antar anggota kelompok, peserta didik dapat berdiskusi dan menemukan konsep tentang materi segiempat yang belum dipahami sehingga peserta didik lebih memahami materi. Peserta didik juga mengetahui aplikasi dan penerapan materi segiempat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan juga dapat membuat peserta didik aktif dan menikmati pelajaran dengan maksimal tanpa adanya rasa bosan. Hal ini akan berakibat pada hasil belajar peserta didik yang baik. Selain itu, peneliti juga menggunakan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) dan media kertas untuk memudahkan proses inkuiri yang mendorong pemahaman konsep peserta didik. Beranjak dari uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti merasa perlu dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep Segiempat Kelas VII MTs Matholi’ul Falah”.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian ini ditinjau dari objeknya merupakan penelitian lapangan (field research), karena data-data yang diperlukan untuk penyusunan penelitian ini diperoleh dari lapangan. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only control design. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matholi’ul Falah yang terletak di desa Sumanding kecamatan Kembang kabupaten Jepara dalam kurun waktu Desember 2016 sampai dengan April 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs MTs Matholi’ul Falah yang terdiri dari dua kelas yang sama-sama memiliki 19 orang peserta didik. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh dengan pemilihan secara random, diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode dokumentasi.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes subyektif yang menuntut kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Untuk kebutuhan tersebut, digunakan beberapa indikator yaitu, menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat sesuai dengan konsepnya, memberikan contoh dan bukan contoh, menyajikan konsep dalam berbagai macam-macam bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat yang perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggandakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu dan mengaplikasikan konsep/algoritma ke dalam pemecahan masalah. Selanjutnya pemeriksaan jawaban peserta didik dan pemberian skor kemampuan pemahaman konsep peserta didik didasarkan pada rubrik penskoran yang telah divalidasi. Teknik analisis data terdiri dari tiga macam, yakni analisis instrumen soal yang terdiri dari validitas (product moment), reliabilitas (alpha cronbach), tingkat kesukaran dan daya beda. Selanjutnya, analisis tahap awal terdiri dari uji normalitas (lilliefors), uji homogenitas (uji F), dan uji kesamaan rata-rata (uji t dua pihak). Kemudian, analisis data tahap akhir terdiri dari uji normalitas (lilliefors), uji homogenitas (uji F), dan uji perbedaan rata-rata (uji t satu pihak).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data dari penelitian ini diambil berdasarkan hasil belajar yang dideskripsikan dalam aspek kemampuan pemahaman konsep. Data tes akhir untuk kemampuan pemahaman konsep peserta didik diperoleh setelah diberikan posttest kepada kelas sampel baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data tersebut dianalisis sehingga diperoleh deskripsi statistik nilai kedua kelas sampel. Hasil perhitungan tes akhir untuk kemampuan pemahaman konsep peserta didik dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Tahap Akhir
Kelas Eksperimen KontrolJumlah 821 709
N 19 19
x ̅ 43.211 37.316
Varians (s2) 62.28654971 55.4502924
S 7.672576
t hitung 2.368
t tabel 1.688
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa skor rata-rata pemahaman konsep matematika peserta didik kelas eksperimen yaitu 43,211 dan skor rata-rata kelas kontrol 37,316. Data ini menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Dari data pada tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji perbedaan rata-rata tahap akhir menggunakan uji t diperoleh thitung = 2,368 dan ttabel = 1,688 pada taraf signifikansi (α) 5% dan dk = (n1+n2-2) = 36. Karena t_hitung 〖>t〗_tabel dengan besaran 2.368 >1,688 maka H_0 ditolak atau H_1 diterima, hal ini berarti rata-rata kemampuan pemahaman konsep materi segiempat peserta ddiik yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual lebih baik dari pada yang menggunakan model konvensional dan ada perbedaan yang signifikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa “pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep materi segiempat kelas VII MTs Matholi’ul Falah Sumanding tahun pelajaran 2016/2017”.
Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep materi segiempat mempunyai beberapa alasan. Pertama, model tersebut mampu melibatkan peserta didik dalam menemukan konsep. Dengan memberikan contoh-contoh yang dijumpai disekitar yang dibantu LKPD untuk menemukan konsep segiempat. Ketika menemui peserta didik pasif dalam pembelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong keaktifan peserta didik. Selain itu, guru juga seringkali memberikan bimbingan atau arahan serta memberi penguatan kepada peserta didik. Dengan lebih melibatkan peserta didik dalam pembelajaran dan mengarahkannya menemukan konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, pemahaman peserta didik terhadap materi menjadi lebih mendalam. Hal ini sesuai dengan teori Bruner yang mengatakan bahwa proses pembelajaran berjalan lebih baik jika guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaitkan pemahaman yang telah diketahui dengan suatu materi dan melibatkan partisipasi peserta didik dalam menemukan suatu konsep (Roestiyah, 2001: 41-42).
Kedua, pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual merupakan model pembelajaran terpadu yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik ke arah dinamis. Adanya proses diskusi dan inkuiri yang dibantu dengan arahan guru serta media dan LKPD membantu peserta didik dalam memahami materi. Peserta didik juga diberitahu keterkaitan materi pembelajaran dengan kehidupan sekitar sehingga konsep segiempat akan mudah dipahami dan tahan lama untuk diingat. Dalam proses pembelajaran, ketika menemui peserta didik yang kurang konsentrasi guru memberikan variasi agar pembelajaran berjalam lancar dan peserta didik lebih mudah dalam memahami materi, sesuai dengan teori bermakna Ausebel. Ausubel menyatakan bahwa proses belajar tidak hanya menghafal rumus-rumus saja, tetapi menghubungkan konsep-konsep relevan untuk menghasilkan pemahaman secara utuh sehingga konsep segiempat dapat dipahami dengan baik (Warsita, 2008: 73).
Ketiga, melalui kelompok-kelompok kecil dapat menumbuh kembangkan interaksi sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan menghargai gagasan orang lain. Pada saat pembelajaran berlangsung peserta dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk menemukan konsep segiempat dengan panduan LKPD yang telah disediakan oleh guru. Setelah memahami permasalahan yang ada, peserta didik diarahkan untuk menuangkan gagasannya di LKPD dengan menggunakan bahasa sendiri. Setelah menemukan gagasan kemudian dikomunikasikan dengan kelompok lain. Dalam proses diskusi ditemukan beberapa peserta didik lebih mengandalkan anggota kelompok yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih. Oleh karena itu, guru mengontrol dan memberikan arahan agar diskusi dapat berlangsung interaktif karena saling berbagi dan bertanya dalam kelompok. Hal itu sesuai dengan teori Vygostky yang mengatakan bahwa peserta didik membentuk pengetahuan sebagai hasil pemikiran dan kegiatan peserta didik sendiri melalui bahasa (Trianto, 2010: 38).
Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual mempunyai beberapa kelebihan dalam pembelajaran sehingga efektif terhadap pemahaman konsep segiempat kelas VII MTs Matholi’ul Falah Sumanding tahun ajaran 2016/2017.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas terlihat bahwa kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvenional di kelas VII MTs Matholi’ul Falah pada materi segiempat da nada perbedaan yang signifikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa “pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep materi segiempat kelas VII MTs Matholi’ul Falah Sumanding tahun pelajaran 2016/2017Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, ada beberapa saran yang ingin dikemukakan oleh peneliti yaitu, pertama, pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dengan pendekatan kontekstual dapat diterapkan oleh pendidik pada materi segiempat. Kedua, pendidik bisa mennyisipkan media yang mendukung sehingga pembelajaran lebih kreatif dan bervariasi.Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:- Budiyanto, S.E. S.Pd., selaku kepala MTs Matholi’ul Falah yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini.
- Zainul Umam, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika yang telah memberikan arahan kepada peneliti.
- Yulia Romadiastri, S.Si. M.Sc., selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
- Aini Fitriyah, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
Semua pihak yang terkait yang telah membantu memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. (2010). Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Az-Zarnuji. tt. Matan Ta’lim Muta’alim. Semarang: Maktabah ‘Alawiyah.
Fathani, Abdul Halim. Dkk. (2009). Matematika; Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamruni. (2009). Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Murizal, Angga. Yarman, dan Yerizon. (2012). Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Matematika, 1, 19
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rostien, Puput Anggoro. (2015). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TAI dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematik. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 10 (1), 71.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana.
Wardani, Sri. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Pencapaian TujuanYogyakarta: PPPPTK Matematika.
Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Komentar
Posting Komentar