KEISTIQAMAHAN SHALAT TAHAJUD SEBAGAIPENGHANTAR KETENANGAN JIWA MANUSIA
Disusun Oleh:
Hanif Fatkhur Aziz (133511027)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Definisi Operasional
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Sistematika Penulisan Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori Spiritualitas
B. Shalat dan Ketenangan Jiwa
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Subjuek dan Objek Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
E. Metode Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Tahajud
B. Keutamaan Shalat Tahajud
C. Ketenangan Jiwa Manusia
D. Keistiqamahan Shalat Tahajud sebagai Penenang Jiwa Manusia
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan peradaban manusia. Perkembangan peradaban ini telah mengarahkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa manusia kepada penambahan literatur keilmuwan dan sumber keterampilan yang akan memudahkan manusia dalam menanggapi dan menggapai kehidupan dunia.
Tambahan keilmuan umum (kecerdasan intelektual) perlu dibarengi dengan adanya keilmuwan islam (kecerdasan spiritual) sehingga nanti dapat memberikan sinergi yang baik dan mengarahkan kepada terkontrolnya setiap perbuatan manusia (kecerdasan emosional). Dari sinilah pendidikan spiritualitas perlu dilakukan dalam masyarakat untuk memperoleh keadaan masyarakat dengan nafas spiritualitas islam yang hidup dengan rukun, tenang, dan nyaman. Keadaan spiritual dengan ketenangan ini akan muncul melalui berbagai pendidikan keislaman dan praktik beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu pelatihan untuk dapat mampu memberikan pengaruh kepada ketenangan jiwa ataupun rohani manusia adalah dengan qiyamul lail untuk melaksanakan shalat tahajud guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat tahajud memang terlihat sangat berat karena dilakukan pada saat orang-orang terlelap dalam kenikmatan tidurnya. Tetapi perlu diketahui bahwa shalat tahajud mampu memberikan ketenangan jiwa bagi setiap orang yang bermunajat kepada Allah SWT, karena dengan shalat tahajud Allah telah menjanjikan akan memudahkan setiap perkara-perkara hambanya, dan menjaganya dalam setiap keadaan sebagaimana dalam Al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 79 yang berbunyi:
z`ÏBur È@ø©9$# ô¤fygtFsù ¾ÏmÎ/ \'s#Ïù$tR y7©9 #Ó|¤tã br& y7sWyèö7t y7/u $YB$s)tB #YqßJøt¤C ÇÐÒÈ
79. dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
Shalat tahajud merupakan pengekangan terhadap nafsu pribadi dengan cara mengurangi waktu istirahatnya. Dengan membelenggu nafsu dalam keheningan malam, maka mampu memberikan setiap manusia kekhusukan dan ketenangan dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti dalam hadits dikatakan bahwa, Rosulullah SAW bersabda:
“Shalat tahajjud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit” (HR. Tirmidzi).[1]
Ketenangan dan kekhusukan dalam pelaksanaan shalat tahajud inilah yang mewujudkan suatu keadaan diri yang fresh, dekat dengan Allah, hati yang jernih dan pikiran yang cemerlang sehingga sangat baik bagi dalam menjalankankehidupannya baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Ketenangan jiwa merupakan keadaan dimana jiwa merasa tenang, tanpa ada beban masalah. Jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia seperti melaksanakan shalat tahajud secara istiqamah. Diantaranya adalah sifat-sifat syukur, sabar, takut siksa, cinta Tuhan, rela akan hukum Tuhan, mengharapkan pahala dan memperhitungkan amal perbuatan dirinya selama hidup, dan lain-lain. Sehingga shalat tahajud secara kontinu atau istiqamah mampu membawa manusia larut dalam sifat-sifat kebaikan dan meninggalkan sifat-sifat tercela untuk senantiasa melakukan takziyatun nafsi[2]yang menjadikan perjalanan hidupnya diiringi oleh suatu ketenangan jiwa. Dari berbagai uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk meneliti keistiqamahan shalat tahajud sebagaipenghantar ketenangan jiwa manusia.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional yang terkait dengan judul adalah mencakup dua hal, yaitu:
1. Keistiqamahan atau kebiasaan shalat tahajud
Menurut Imam al-Ghazali, istiqamah adalah kesediaan seseorang untuk mengorbankan[3] kepentingan dirinya.[4] Menurut Imam Ghazali pula kebiasaan diartikan:
عبارة عن هيئة في النفس راسحة عنها تصدر الأفعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر ورؤية
Artinya: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.[5]
Sedangkan shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan di sepertiga malam yang terakhir, di mana orang yang terbiasa dengannya mendapat predikat sebagai orang shalih, sedangkan tujuan dari shalat tahajud adalah untuk melengkapi, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan kita sebagai seorang manusia.[6] Jadi yang dimaksud dalam karya tulis ilmiah ini adalah keadaan tingkat pelaksanaan shalat tahajud secara kontinu (istiqamah sehingga menjadi suatu kebiasaan) dan sangat berat untuk ditinggalkan.
2. Penghantar dan Ketenangan jiwa
Penghantar adalah sesuatu yang mampu mengarahkan suatu hal kepada suatu maksud atau tujuan.
Ketenangan jiwa yaitu kondisi psikologis matang yang dicapai oleh orang-orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi.[7] Jadi, penghantar ketenangan jiwa yang dimaksud adalah sesuatu yang mendorong setiap manusia untuk menempuh kehidupan dengan tenang, nyaman, dan damai sehingga lebih mudah mencapai segala yang diharapkan dengan jiwa yang segar, sehat, dan tenang.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diantaranya:
1. Apa pengertian dari shalat tahajud?
2. Apa keutamaan dari shalat tahajud?
3. Bagaimana konsep ketenangan jiwa manusia?
4. Bagaimana keistiqamahan shalat tahajud dapat menjadi penghantar ketenangan jiwa manusia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan pengertian dari shalat tahajud.
b. Mengidentifikasi keutamaan dari shalat tahajud.
c. Menjelaskan konsep ketenangan jiwa manusia.
d. Menganalisis keistiqamahan shalat tahajud terhadap ketenangan jiwa manusia.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Bagi penulis, karya tulis ini memberikan berbagai manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1) Mampu menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Karya Tulis Ilmiah.
2) Memperoleh tambahan keilmuan keagamaan.
3) Sebagai bahan koreksi diri penulis, agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan bertahajud dan mengupayakan ketenangan jiwa dalam setiap keadaan.
b. Bagi pembaca
Sedangkan bagi pembaca, karya tulis ini memberikan berbagai manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1) Memperoleh tambahan keilmuwan keagamaan dan rohani untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2) Mendapatkan ibrah agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan mengupayakan ketenangan jiwa.
3) Dapat mengetahui langkah-langkah untuk memperoleh kondisi batin yang tenang melalui shalat tahajud sehingga dapat mempermudah aktivitas kehidupan.
E. Telaah Pustaka
Dalam telaah pustaka karya tulis ilmiah ini penulis menyajikan dua hal pokok sebagai berikut:
1. Fokus penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai peran keistiqamahan pelaksanaan shalat tahajud terhadap ketenangan jiwa manusia. Dari keistiqamahan pelaksanaan shalat tahajud tersebut penulis bermaksud menganalisis akibatnya terhadap ketenangan jiwa manusia dalam menjalankan hubungan vertikal dengan Allah SWT, dan horizontal yang berkaitan dengan makhluk dan alam.
2. Dengan judul yang telah penulis rumuskan, maka penulis mencoba mengkomparasikan dengan penelian yang terdahulu yang dilakukan oleh:
Nama Lengkap : Arifah Puji Handayu
Jenis Penelitian : SKRIPSI (Kuantitatif)
Judul : Hubungan antara intensitas melaksanakan shlat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus STAIN Salatiga
Tahun : 2012
Instansi : STAIN Salatiga
Dari uraian identifikasi penelitian terdahulu yang dinyatakan diatas, maka penulis mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah ini penulis susun dengan perbedaan dari penelitian terdahulu. Perbedaannya yaitu:
a. Karya tulis yang penulis buat berkaitan dengan keistiqamahan shalat tahajud yang telah dilakukan secara kontinu dan rutin, sedangkan penelitian terdahulu menguraikan intensitas atau banyaknya pelaksanaan shalat tahajud terhadap ketenangan jiwa manusia.
b. Penggunaan metode penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif, sedangkan peneliti terdahulu yang menjadi pembanding adalah menggunakan metode kuantitatif.
c. Obyek yang dijadikan penelitian yang penulis amati adalah manusia secara umum yang melaksanakan shalat tahajud secara istiqamah, sedangkan yang diambil dari penelitian terdahulu adalah pengurus Lembaga Dakwah Kampus STAIN Salatiga.
F. Sistematika Penulisan Penelitian
Sistematika penulisan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah diawali dengan cover, halaman judul, kata pengantar kemudian daftar isi.
Pada BAB I PENDAHULUAN berisi Latar Belakang Masalah, Definisi Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka dan Sistematika Penulisan Penelitian.
Kemudian BAB II KAJIAN TEORI berisi kerangka-kerangka teori yang terkait dengan pembahasan judul dan permasalahan yang disajikan oleh penulis.
Kemudian BAB III METODE PENELITIAN berisi Jenis dan Pendekatan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Metode Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.
Kemudian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi pembahasan dan analisis hasil penelitian kemudian komparasinya dengan penelitian terdahulu.
Setelah itu, BAB V PENUTUP berisi Kesimpulan, Saran, dan Kata Penutup.
Dan yang terakhir adalah Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran yang berisi Daftar Pertanyaan Wawancara dan Biografi Penulis.
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori Spiritualitas
Menurut Abu Sangkan, spiritualitas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu spiritualitas semu, dan spiritualitas sejati.spiritualitas semu adalah spiritualitas yang masih berkaitan dengan jasmaniah dan masih perlu ditingkatkan. Sedangkan spiritualitas. Sedangkan spiritualitas sejati adalah spiritualitas yang tidak lagi berhubungan dengan aspek-aspek jasmaniah manusia, tidak terikat oleh pancaindera, perasaan, dan pikiran manusia.[8]
Dari kedua model spiritual atas, pertama, spiritualitas semu harus ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan atau secara kontinu dalam keadaan dan kondisi seperti apapun untuk dapat memperoleh kebahagiaan spiritual yang tetap atau tidak semu. Model yang kedua adalah spiritualitas sejati ini adalah tingkatan lanjutan dari spiritualitas semu yang mana telah ada pembiasaan dan pengistiqamahan secara terus menerus. Dalam keadaan ini manusia telah mampu meninggalkan dan mengekang nafsu buruknya untuk tunduk patuh kepada tata aturan yang telah diigariskan oleh Allah SWT, sehingga yang timbul adalah sifat-sifat kebaikan yang akan mengantarkan kepada ketenangan kehidupan dan kebahagiaan.
Shalat dan Ketenangan Jiwa
Ketenangan jiwa tidak sejalan dengan ketakutan. Selama kita khawatir ketakutan cenderung membuat kita melakukan hal yang justru menjauhkan kita dari ketenangan jiwa itu sendiri. Shalat adalah salah satu cara yang dapat melawan rasa takut, khawatir, marah sedih, dan lain sebagainya. Shalat dapat melindungi keselamatan saraf dan jiwa manusia. Bahkan, shalat merupakan ibadah yang dapat menjadi obat dan solusi efektif dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas. Hal itu karena dengan menyerahkan segala persoalan kepada Allah SWT dan melaksanakan shalat dapat mendatangkan ketenangan hati, ketentraman jiwa, dan lapang dada dalam menerima segala sesuatu.[9] Dari hal ini, kita tahu bahwa hakikat shalat dapat mengantarkan kepada ketenangan seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28:
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% Ìø.ÉÎ/ «!$# 3 wr& Ìò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# ÇËÑÈ
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Bagi umat Islam shalat merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stres, karena shalat merupakan salah satu bentuk dzikir dan dzikir itu salah satu fungsinya adalah menghilangkan stres. Salah satu efek dzikir (ingat kepada Allah) adalah memberikan efek ketenangan, ketentraman, tidak cemas, stress atau depresi.[10] Shalat sebagai dzikir untuk selalu mengingat Allah dimanapun dan kapanpun, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat Tahaa ayat 14 yang berbunyi:
ûÓÍ_¯RÎ) $tRr& ª!$# Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& ÎTôç6ôã$$sù ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# üÌò2Ï%Î! ÇÊÍÈ
14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
Dengan melaksanakan shalat baik wajib maupun sunnah dengan ikhlas, dan cinta kepada Allah, maka seseorang tersebut selalu mengingat Allah, dan dengan mengingat Allah ketenangan jiwa akan timbul. Selain shalat-shalat wajib, juga terdapat shalat-shalat sunnah yang dianjurkan, bahkan ada yang sangat dianjurkan seperti shalat tahajud yang awal mulanya diwajibkan sebagaimana pada permulaan surat al-Muzammil dalam Al-Qur’an, tetapi menjadi sunnah setelah Allah melihat kondisi dan keadaan manusia yang melaksanakannya sebagaimana diterangkan dalam surat al-Muzammil ayat satu sampai dua puluh.
Shalat malam (shalat tahajud) sangatlah penting bagi manusia, karena keutamaan dan pengaruhnya terhadap tatanan kehidupan manusia. Rasulullah bersabda: “Dua rakaat shalat yang dilakukan hamba pada waktu malam (shalat tahajud) adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Kalau saja tidak memberatkan umatku, niscaya aku wajibkan kepada mereka untuk mengerjakannya”.[11]
Menurut pendapat Dr. Ray Meddis seorang profesor di Department of Human Sciences, England University of Technology dalam buku Tombo Ati karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an mengatakan bahwa manusia sebenarnya hanya perlu tidur malam 3 jam saja. Malam adalah saat dimana energi seseorang berada dalam kondisi rendah, kondisi ini disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran. Dampaknya akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif. Pada saat seseorang memulai untuk melaksanakan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. "Pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 sampai 03.00 dini hari. Hormon inilah yang kemudian menghasilkan asam amino trytopan dalam jumlah besar pula. Tahajud menjadi sarana untuk memepertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil. Hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membetasi gerak pemicu tumor seperti estrogen “.[12]
Mengenai shalat diwaktu malam hari Sayyid Qutb (1971) mengemukakan pendapat bahwasanya malam yang sunyi sepi itu lebih membuat tulusnya latihan jiwa dan penenangan kepada Pencipta, bertaut roh dengan Penguasa alam semesta. Dengan itu pula, melaksanakan ibadah disaat demikian akan menyucikan batin dan menenangkan jiwa.[13] Hasan al-Basri juga berkata kepada seseorang yang bertanya kepadanya tentang amal kebajikan yang lebih mendekatkan kepada Allah; “Aku tidak mengetahui amal kebajikan apapun yang lebih mendekatkan diri seseorang kepada Allah lebih dari shalat seseorang di tengah malam (shalat tahajud).” Dan juga ada orang lain yang berkata kepada al-hasan al-basri : “Wahai imam, mengapa wajah-wajah orang-orang yang suka melakukan shalat tahajud dan yanng suka beribadah di tengah malam sangat cemerlang?” kemudian al-Hasan al-Basri menjawab: “karena mereka suka bersendirian dengan Tuhan Yang Maha Pemurah, sehingga mereka diberikan pakaian sebagian dari cahaya-Nya”.[14]
Shalat tahajud yang dilakukan oleh seseorang yang dirinya merasa terpanggil oleh Tuhan, akan menghasilkan kedamaian di hati, rasa tenteram yang meliputi jiwa, dan rasa peraya diri yang sehat.[15] Abdullah bin Umar berkata: “alangkah baiknya seorang laki-laki kalau ia bangun shalat di malam hari”.[16] Kemudian Sufyan ats-Tsauri berkata: “ Ketika datang awal malam, berserulah penyeru dari bawah ‘Arsy, “Wahai para ahli ibadah, bangunlah...!’ maka bangunlah mereka, lalu mereka shalat sebanyak-banyaknya. Ketika masuk tengah malam, berserulah penyeru, ‘Wahai orang-orang yang taat, bangunlah...!’ maka bangunlah mereka, lalu shalat sampai waktu sahur. Ketika masuk waktu sahur, berserulah penyeru, ‘Wahai orang-orang yang hendak memohon ampunan, bangunlah...!’ maka bangunlah mereka lalu memohon ampunan. Dan ketika terbit fajar berserulah penyeru, ‘Wahai orang-orang yang lalai, bangunlah...!’, maka bangunlah mereka dari tempat tidur seperti mayat yang dibangunkan dari kuburnya”.[17]
Shalat tahajud di waktu malam yang penuh keheningan, seringkali memberikan kekhusyukan dan sentuhan rohani yang sangat mendalam untuk senantiasa memperbaiki diri. Shalat tahajud pula dapat mendatangkan ketenangan jiwa, karena di waktu itulah seorang hamba dekat dengan Allah SWT.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ada dua macam, yaitu:
1. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas.
2. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memecahkan permasalahannya dengan menggunakan data empiris.[18]
Dari kedua jenis penelitian yang tersebut diatas, penulis mengambil jenis penelitian kualitatif dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dengan berbasis pada kepustakaan dan tindak lapangan.
Kemudian pendekatan yang diambil adakah beranjak dari suatu permasalahan yang hadir dengan metode induktif untuk menganalisis suatu pokok permasahan dengan merujuk kepada data-data atau sumber referensi terdahulu yang bersifat kepustakaan dan wawancara terhadap orang-orang yang telah istiqamah melaksanakannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang bertempat di Kampus III, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Dari kedua tempat tersebut penulis mencari sumber-sumber referensi yang dapat digunakan untuk membantu menganalisis dalam penelitian kualitatif ini dan juga melalui via sms dan facebook untuk wawancara dengan orang yang telah istiqamah shalat tahajud.
Waktu yang digunakan oleh penulis adalah mulai Kamis, 4 Desember sampai dengan 17 Desember 2014 (14 hari). Dengan kata lain, waktu tersebut adalah batas pengumuman tugas dan batas akhir terselesaikannya penulisan karya tulis ilmiah ini.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian penulis sendiri berbasis data kepustakaan dan orang-orang yang dimintai wawancaranya untuk membantu menambahkan argumen tentang masalah yang penulis gambarkan. Diantaranya adalah:
1. Abdul Rozaq, S. E pegawai Pemerintah Kabupaten Jepara sekaligus mantan ketua Pondok Pesantren Al-Hamidiyyah Bawu Jepara.
2. Ust. Abdul Rozaq pengurus Asrama Perguruan Islam Sumanding Kembang Jepara
3. Muhlim, S. Th. I guru Tafsir dan Hadits MA Matholi’ul Falah Sumanding Kembang Jepara
Sedangkan obyek penelitian yang penulis lakukan adalah keistiqamahan dalam menjalankan shalat tahajud dan akibatnya terhadap ketenangan jiwa manusia.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah kepustakaan yaitu berdasarkan data-data yang telah ada dan juga beranjak dari penelitian terdahulu dengan tema yang relevan dengan karya tulis ilmiah yang penulis susun. Data yang dikumpulkan sendiri ada dua macam, yaitu:
1. Data primer adalah data pokok yang berkaitan dengan apa yang menjadi fokus penelitian penulis.
2. Data Sekunder adalah data yang berkaitan dengan tema yang ditentukan penulis.[19]
Adapun proses pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
2. Penyajian data
3. Reduksi data
4. Validasi data
Dari kedua kedua macam data tersebut penulis mengumpulkan data melalui proses-proses tertentu (wawancara dan kepustakaan) untuk membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dialakukan oleh penulis dalam menganilisis data-data yang telah dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis data dengan dikaitkan dengan kajian teori yang digunakan.
2. Menganalisis pembahasan yang menjawab rumusan masalah untuk menarik kesimpulan. Adapun dalam penarikan kesimpulan ada tiga langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Interpretasi adalah penafsiran tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya secara lebih jelas.
b. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yang disajikan. Ekstrapolasi terbatas dalam arti empirik logik.
c. Memberikan makna merupakan upaya jauh darin penafsiran, hanya saja menuntut kemampuan integratif manusia. dapat menjangkau yang etik maupun transendental dalam materi yang tersajikan.[20]
Dari uraian diatas, maka analisis data bertujuan untuk mengarahkan pada penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengertian Shalat tahajud
Shalat berasal dari dua kata yaitu shalat dan tahajud. berasal dari bahasa arab صلي – يصلي – صلاة yang artinya berdo‟a dan mendirikan sembahyang. Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara‟.[21]
Tahajud secara bahasa termasuk jenis kata yang maknanya yang dipakai adalah kebalikannya. Kata tahajud arti sebenarnya adalah “tidur” tapi yang dimaksud adalah “bangun”. Dikatakan hajadta artinya nimta (kamu tidur). Dan dikatakan tahajjadtu artinya “tharahtu ‘anni an naum “ (aku membuang tidur dari diriku). Maka tahajud adalah bangun, dan menolak tidur dari diri. Al-hujuud artinya an-naum (tidur).[22] Tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud adalah shalat yang dilakukan orang di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Syafi‟i berkata: “Shalat malam dan shalat witir baik sebelum maupun sesudah tidur dinamai tahajud. Orang yang melaksanakan shalat tahajud disebut muttahajid.[23]
Sedangkan secara istilah shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan di sepertiga malam yang terakhir, di mana orang yang terbiasa dengannya mendapat predikat sebagai orang shalih, sedangkan tujuan dari shalat tahajud adalah untuk melengkapi, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan kita sebagai seorang manusia.[24]
Dapat diambil uraian, bahwa pengertian shalat tahajud adalah shalat sunah malam yang sangat dianjurkan Nabi SAW yang dilaksanakan setelah bangun tidur antara setelah shalat isya’ sampai sebelum fajar dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Keutamaan Shalat Tahajud
Shalat tahajud adalah shalat yang mempunyai banyak keistimewaan. Banyak orang yang mengetahui keistimewaan-keistimewaan shalat tahajud akan tetapi hanya orang-orang yang memiliki keimanan yang mantap, yang akan tergerak untuk menunaikannya. Diantara keistimewaan dari shalat tahajud adalah sebagai berikut:
1. Diangkat derajatnya oleh Allah
Al Qur‟an menyebutkan bahwa orang yang rajin melakukan shalat malam memiliki derajat yang istimewa di sisi Allah SWT yang tertuang dalam surat Al Isra ayat 79:
z`ÏBur È@ø©9$# ô¤fygtFsù ¾ÏmÎ/ \'s#Ïù$tR y7©9 #Ó|¤tã br& y7sWyèö7t y7/u $YB$s)tB #YqßJøt¤C ÇÐÒÈ
79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
Senada dengan ayat tersebut Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdul Malik Al-Asy’ari juga menyatakan bahwa shalat tahajud dapat mengangkat derajat kita dan mempunyai tempat-tempat khusus di dalam surga.[25]
Dari ayat dan hadits, kita ketahui bahwasanya orang yang shalat tahajud dengan ikhlas, khusyu’ dan karena Allah akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT dan akan ditempatkan ditempat khusus dalam surga-Nya.
2. Menjadikan sebab masuk surga
Shalat malam memang bukanlah satu-satunya ibadah yang dapat mempermudah seseorang dari surga. Bahkan shalat malam bukanlah ibadah yang diwajibkan tapi tidak dapat dipungkiri bahwa ciri utama seorang ahli surga adalah mereka yang melaksanakan shalat malam. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah Muhammad SAW:
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan, dan shalatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam, niscaya engkau akan masuk surga dengan aman” (HR. Ibnu Majah).[26]
Shalat malam merupakan suatu amalan yang dapat mengantarkan kita menuju surga sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadits tersebut.
3. Sebaik-baik shalat setelah shalat fardu
Shalat yang paling baik untuk dikerjakan setelah shalat fardhu adalah shalat tahajud sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra yang intinya adalah sebagai berikut:
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam” (HR. Muslim).[27]
Dari hadits tersebut, jelaslah bahwa shalat tahajud (shalat di waktu malam) sangat dianjurkan oleh Allah SWT. Bahkan pernah diwajibkan sebagaimana di awal surat al-muzammil namun karena berbagai pertimbangan maka oleh Allah dijadikan menjadi sunah sehingga menjadikan shalat tahajud menjadi shalat yang baik setelah shalat fardhu.
4. Melunakkan Hati
Tidak diragukan lagi bahwa shalat di tengah keheningan malam, bermunajat kepada Tuhan, memperpanjang rukuk dan sujud dapat melunakkan hati. Meninggalkan shalat malam dan menjauhinya mengantarkan pada kerasnya hati.[28] Sehingga hati tidak akan tersentuh oleh ayat-ayat Allah dan dzikir kepada Allah apa pun bentuknya.
Dengan melaksanakan shalat tahajud di waktu malam saat orang-orang terlelap dalam tidurnya, keadaan hening hingga mengantarkan kepada kekhusyu’an. Ketenangan dan kekhusyu’an setiap manusia dalam melaksanakan shalat tahajud inilah yang berimbas kepada kelunakan hati pelaksana shalat tahajud.
5. Disaksikan oleh para malaikat dan dipenuhi doanya oleh Allah
Amru bin Ash ra. mengatakan bahwa Rasulullah SAW berkata: “sesungguhnya sedekat-dekat hamba dengan Tuhannya adalah di tengah malam yang terakhir, jika engkau mampu berdzikir kepada Allah pada waktu itu maka lakukanlah.”
Amru bin Ash mengatakan pula: “Aku pernah berkata, “ Ya Rasulullah, dibagian manakah pada malam hari yang setiap doa lebih didengarkan?”, kemudian nabi menjawab: “Ditengah malam terakhir, kerjakanlah shalat sunnah sesukamu, karena shalat pada waktu itu disaksikan, dicatat dan dihadiri oleh para malaikat. Pada waktu itu Allah mendekat pada langit dunia dan memberi ampun bagi yang dikehendaki-Nya, kecuali orang yang syirik dan sewenang-wenang.”[29]
Dengan shalat tahajud pada waktu malam, Allah mengampuni dosa dan kesalahan dan juga mengabulkan doa setiap hamba-Nya yang dengan ikhlas dan tulus bermunajat kepada-Nya.
Konsep Ketenangan Jiwa Manusia
Ketenangan jiwa merupakan keadaan dimana jiwa merasa tenang, tanpa ada beban masalah. Jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Di antaranya adalah sifat-sifat syukur, sabar, takut siksa, cinta Tuhan, rela akan hukum Tuhan, mengharapkan pahala dan memperhitungkan amal perbuatan dirinya selama hidup, dan lain-lain. Manusia yang memiliki ketenangan dan ketenteraman dalam jiwanya, ia akan merasa perbuatannya berada dalam pengawasan Allah. Ia lebih menginginkan hal-hal yang bersifat ruhaniah, yang bisa mengisi jiwanya. Ia tidak cenderung mengejar kelezatan yang bersifat jasmaniah.
Menurut imam Ghazali jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Di antaranya adalah sifat-sifat syukur, sabar, takut siksa, cinta Tuhan, rela akan hukum Tuhan, mengharapkan pahala dan memperhitungkan amal perbuatan dirinya selama hidup, dan lain-lain. Ketenangan jiwa yaitu kondisi psikologis matang yang dicapai oleh orang-orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi.[30]
An nafs (jiwa) artinya adalah diri. Sifat yang labil yang yaitu sifat yang mengalami degradasi bolak-balik, seperti resah, terkadang tenang, bahagia, sesaat kemudian sedih. An nafs ialah jiwa rohani yang bersifat latif, rabbani, dan kerohanian.
An Nafs memiliki tiga sifat dan tingkatan yang berbeda, sesuai dengan perbedaan keadaannya masing-masing.
a. Nafsul Mutmainnah yaitu Jiwa yang memiliki ketenangan dan ketentraman dalam mengemban amanat Allah, dan tidak mengalami kegoncangan disebabkan tantangan yang ditimbulakan oleh hawa nafsu.
b. Nafsul Lawwamah yaitu jiwa yang tidak memiliki ketenangan yang sempurna menjadi pendorong timbulnya hawa nafsu dan sekaligus juga penentang, yakni jiwa yang masih menyalahkan dirinya ketika lalai dalam mengingat dan beribadah kepada Allah.
c. Nafsul Amarat yaitu jiwa yang menenggelamkan dirinya dalam kejahatan, mengikuti nafsu amarah, syahwat, perut, dan godaan setan (jiwa yang jahat yang suka mendorong orang berbuat jahat).
Ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa, atau kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang dan tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.[31]
Menurut Kartini Kartono orang yang jiwanya tenang selalu berusaha bagaimana cara orang memecahkan segenap keruwetan batin manusia yang ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa, tidak terganggu oleh macam-macam ketegangan, ketakutan serta konflik.[32]
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya atau tenang jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan baik, dapat menerima sekaligus menghadapi realita yang ada, mampu memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Zakiah Daradjat ada enam kebutuhan jiwa di mana jika tidak terpenuhi akan mengalami ketegangan jiwa. Kebutuhan jiwa tersebut adalah:[33]
a. Rasa kasih sayang
Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan jiwa yang penting bagi manusia oleh karenanya apabila rasa kasih sayang itu tidak didapatnya dari orang-orang disekelilingnya maka akan berdampak pada keguncangan jiwanya. Tetapi bagi orang yang percaya kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang maka kehilangan kasih sayang dari manusia tidak menjadikan jiwa gersang.
b. Rasa Aman
Rasa aman juga kebutuhan jiwa yang tidak kalah pentingnya. Orang yang terancam, baik jiwanya, hartanya, kedudukannya ia akan gelisah yang berujung pada stres. Apabila ia dekat dengan Allah SWT tentu rasa aman akan selalu menyertainya karena ia merasa ada Allah yang akan selalu melindungi dan menjaganya.
c. Rasa harga diri
Rasa harga diri juga merupakan kebutuhan jiwa manusia, yang jika tidak terpenuhi akan berakibat penderitan. Banyak orang merasa diremehkan, dilecehkan dan tidak dihargai dalam masyarakat terutama dalam hal harta, pangkat keturunan, dan lain sebagainya. Namun sebenarnya hakekat harga diri itu terletak pada iman dan amal soleh seseorang
d. Rasa bebas
Rasa ingin bebas termasuk kebutuhan jiwa yang pokok pula. Setiap orang ingin mengungkapkan perasaannya dengan cara yang dirasa menyenangkan bagi dirinya. Namun semua itu tentunya ada batas dan aturan yang harus diikutinya agar orang lain tidak terganggu haknya. Kebebasan yang sungguh-sungguh hanya terdapat dalam hubungan kita dengan Allah SWT.
e. Rasa sukses
Rasa sukses yang merupakan salah satu kebutuhan jiwa. Kegagalan akan membawa kekecewaan bahkan menghilangkan kepercayaan seseorang kepada dirinya. Islam mengajarkan agar orang tidak putus asa. Tidak tercapainya suatu keinginan belum tentu berarti tidak baik. Bahkan kegagalan itu akan lebih baik kalau manusia mengetahui sebab serta dapat mengambil hikmah dari kegagalan itu.
f. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu juga termasuk kebutuhan jiwa yang pokok yang jika terpenuhi akan berdampak pada tingkah laku. Orang akan merasa sengsara apabila tidak mendapatkan informasi atas ilmu yang dicarinya. Namun tidak semua ilmu itu dapat diketahuinya karena keterbatasan yang ada pada dirinya.
Tidak selamanya orang dalam kehidupannya, dapat memenuhi keenam kebutuhan jiwa yang pokok di atas, karena bermacam-macam suasana yang mempengaruhi dan yang harus dihadapinya. Jika tidak terpenuhi maka orang akan gelisah dan mencari jalan untuk mengatasinya, baik dengan cara yang wajar maupun tidak wajar.
Jiwa manusia merupakan sumber kebahagiaan dan kesengsaraan, maka Al Qur‟an menaruh perhatian yang sangat besar untuk meluruskannya dengan akhlaq yang mulia serta sifat-sifat yang baik. Disebutkan dalam Al Qur‟an surat Asy Syam ayat 8-10:
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y ÇÊÉÈ
Artinya: “Dan Jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy Syam : 8-10).
Allah menunjukkan kepada manusia dua jalan, yaitu jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Pilihan dan di tangan manusia itu sendiri memilih jalan kebaikan atau jalan kejahatan. Beruntunglah orang yang memilih jalan kebaikan dengan selalu berusaha untuk menyucikan jiwanya.
Ketenangan jiwa melahirkan sebuah kebahagiaan yang murni, seseorang yang memiliki ketenangan jiwa mereka tegar dan mantap menghadapi segala permasalahan hidup yang ada. Ketenangan jiwa tidak akan bisa dimiliki jika kita memiliki prasangka buruk, atau selalu berfikiran negatif. Di antara emosi negatif yang sering menjadi penyebab sulitnya merasa bahagia dan jiwa tidak tenang adalah rasa dendam, merasa ingin protes pada Tuhan, tidak bisa menerima takdir/kejadian pahit di masa lalu, tidak bisa memaafkan seseorang secara penuh, selalu merasa kekurangan, dan fikiran negatif.
Keistiqamahan Shalat Tahajud sebagai Penenang Jiwa Manusia
Berkaitan dengan malam, Ust. Abdul Rozaq mengungkapkan bahwasanya “malam adalah waktu yang tepat untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, karena ketenangannya dan pada saat itu mayoritas manusia sedang terlelap dalam tidurnya. Malam memberikan ketenangan bagi setiap jiwa karena keheningannya. Keheningan malam ini sangat cocok untuk mendirikan shalat malam (shalat tahajud) karena akan mudah untuk memperoleh kekhusyu’an. Kekhusyu’an dalam melaksanakan shalat tahajud ini mampu memberikan ketenangan jiwa bagi setiap manusia yang melaksanakannya”.
Kemudian Muhlim, S.Th.I mengungkapkan bahwa “malam adalah suatu anugerah bagi setiap hamba-hambanya yang shaleh yang shalat tahajud dan mengekang hasrat untuk beristirahat, karena pada waktu malam Allah SWT turun ke langit dunia dan membukakan pintu-pintu rahmat dan ampunan serta pengabulan doa hambanya yang bermunajat kepada-Nya. Pada waktu malam yang hening dan tenang membuat hati menjadi lembut dan tersentuh oleh keadaan rohani yang menyejukkan kehidupan, sehingga terasa ringan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi perlu diingat bahwa ibadah shalat tahajud perlu dilakukan dengan ikhlas, cinta, dan tulus karena Allah SWT, karena tanpa itu semua ibadah akan sia-sia”.
Tidak jauh berbeda dengan kedua pendapat diatas, Abdul Rozaq, S.E mengatakan “malam adalah waktu untuk memperbaiki setiap kekurangan kita, untuk mengadu dan memohon ampun kepada Pencipta setelah apa yang kita lakukan setiap harinya. Karena ampunan dan rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang mau mengekang nafsunya untuk tunduk dan patuh untuk shalat tahajud guna mencapai ridha Allah SWT. Malam memberikan suntikan motivasi dan semangat terhadap diri karena keheningannya yang mengarah kepada kekhusyu’an sehingga memberikan jiwa-jiwa manusia terasa tenang untuk menjalankan roda kehidupannya”.
Apa yang diungkapkan oleh ketiga narasumber tersebut senada dengan konsep malam yaitu waktu malam yang memberikan kekuatan keheningan, keadaan yang memberikan perasaan damai. Kekuatan lain yang diberikan oleh malam adalah kekuatan fokus. Fokus merupakan salah satu kunci keberhasilan dan kesuksesan. Kekuatan introspeksi adalah salah satu kekuatan yang diberikan malam. Introspeksi adalah cara untuk menghisap diri sendiri, yakni menghitung dan mengkalkulasi kesalahan-kesalahan yang dimiliki oleh diri sendiri, agar dengannya diri ini tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama, atau membuat kesalahan berbeda. Semakin banyak seseorang melakukan introspeksi, semakin terbuka hijab yang menutupi kesadaran dan ketercerahan jiwanya.[34]
Al-Adhim Abadi dan Nawawi juga berpendapat terkait dengan shalat malam yaitu: “shalat ditengah malam lebih utama dari shalat sunnah yang lain, karena di dalam shalat di tengah malam terdapat kekhusyukan, konsentrasi hati dan bersendirian dengan Allah. Karena malam hari adalah waktu yang tenang dan untuk istirahat. Karena itulah shalat di tengah malam sangat sulit. Yang dimaksud ditengah malam ini adalah empat perenam atau empat perlima tengah malam dan waktu itu merupakan waktu yang sulit untuk bangun tidur karena waktu itu lebih nyaman untuk beristirahat dan lebih dekat untuk dikabulkannya doa.” [35]
Kebiasaan atau keistiqamahan seseorang melaksanakan suatu amal kebaikan dalam hai ini shalat tahajud adalah sangat berharga nilainya, karena tidak semua orang mampu melaksanakannya secara kontinu. Rasulullah bersabda: “Istiqamah adalah lebih utama daripada seribu kemuliaan” (al-hadits).
Menurut Ust. Abdul Rozaq, keistiqamahan melakukan shalat tahajud memberikan kesegaran dan kebugaran dalam tubuhnya serta menenangkan jiwa. Ketenangan jiwa membuat segala beban dan masalah menjadi ringan untuk diatasi dan berdampak kepada etos kerja yang meningkat, dan lebih mudah dalam menghadapi kehidupanya karena kondisi yang fresh. Kemudian menurut Muhlim, S. Th. I keistiqamahan shalat tahajud memberikan kesucian batin dan ketenangan jiwa sehingga membuat hidup penuh makna dan kebih mengarah kepada suatu kemaslahatan dan kemanfaatan.
Sedangkan menurut Abdul Rozaq, S.E shalat tahajud yang dilakukan secara istiqamah memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati. Keistiqamahan pelaksanaan shalat tahajud membuat manusia sangat dekat dengan Pencipta sehingga setiap langkah selalu diiringi dengan kebaikan. Dengan kebaikan yang ditimbulkan karena kedekatan dalam shalat tahajud, maka senantiasa membersihkan hati dan jiwa manusia sehingga memberikan ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupannya.
Dari ketiga pendapat diatas, dapat diketahui bahwasanya keistiqamahan melaksanakan shalat tahajud memberikan ketenangan jiwa manusia, karena dengan tahajud Allah membuka pintu ampunan, menjauhkan kesulitan-kesulitan dalam kehidupan.Rosulullah SAW bersabda:
“Shalat tahajjud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit” (HR. Tirmidzi).
Dari hadits nabi di atas dengan tegas menyatakan bahwa terdapat hubungan antara rajinnya mengamalkan shalat tahajud dan peningkatan pengendalian diri berupa ketenangan. Atau, dengan kata lain, para pengamal tahajud akan terhindar dari stres. Jika kondisi ini dimiliki oleh siapapun, kesehatan fisik dan ketenangan batin merupakan hasil yang langsung dapat dirasakan oleh para pengamal shalat tahajud. Sehingga dapat dikatakan bahwa keistiqamahan dalam shalat tahajud dapat menjadi obat penenang jiwa setiap manusia dan memberikan kebahagiaan sejati dalam kehidupannya baik dalam berhubungan vertikal dengan Allah SWT, maupun berhubungan secara horizontal dengan sesama makhluk dan juga alam.
Seorang yang shalat tahajud secara istiqamah melaksanakan shalat tahajud merasa bahagia, tentram, dan nyaman dalam perjalanan hidupnya selama ia masih terus menjaga keistiqamahannya. Dengan munculnya rasa bahagia, rasa aman, dan tenang itu daya pikir individu dapat melahirkan sesuatu kesinambungan lahir dan batin sehingga berpikir tentang aktivitas yang profesional, belajar yang berkesan, atau memperoleh aktivitas baru yang lebih menguntungkan. Namun, kebahagiaan tersebut muncul tidaklah secara serta merta tanpa perilaku khusyuk, tawaduk, dan dan keihlasan.
Shalat tahajud adalah pengawasan, pengawalan, pengayoman, dan pelindung diri. Shalat adalah benteng yang membentengi setiap individu terjebak dalam kemaksiatan, dosa, dan kerusakan.[36] Shalat tahajud yang dilakukan secara istiqamah dapat menimbulkan diri terhidar dari sifat fakhsya’, dosa, dan kemaksiatan, sehingga kebahagiaan, kenyamanan dan ketenangan akan mengiringinya setiap waktu. Kebahagiaan shalat tahajud secara istiqamah adalah kebahagiaan hakiki yang diperoleh karena kedekatan dengan Tuhan. Semakin banyak shalatnya, semakin tinggi tingkat ketenangan jiwa yang dicapai. Selama shalat tahajudnya khusyuk, tawaduk, dan ikhlas maka kebahagiaan pun semakin permanen dalam diri pelakunya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat tahajud adalah shalat malam yang dikerjakan setelah seseorang bangun tidur di waktu malam hari dengan waktu antara sesudah shalat isya’ dan sebelum waktu fajar yang tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Shalat tahajud memiliki berbagai keutamaan diantaranya adalah terangkatnya derajat manusia, menjadikan sebab masuk surga, sebaik-baiknya shalat setelah shalat fardhu, melunakkan hati, dan disaksikan oleh para malaikat dan dipenuhi doanya oleh Allah
Ketenangan jiwa merupakan keadaan dimana jiwa merasa tenang, tanpa ada beban masalah. Jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Ketenangan jiwa melahirkan sebuah kebahagiaan yang murni, seseorang yang memiliki ketenangan jiwa mereka tegar dan mantap menghadapi segala permasalahan hidup yang ada. Ketenangan jiwa tidak akan bisa dimiliki jika kita memiliki prasangka buruk, atau selalu berfikiran negatif.
Seorang yang shalat tahajud secara istiqamah melaksanakan shalat tahajud merasa bahagia, tentram, dan nyaman dalam perjalanan hidupnya selama ia masih terus menjaga keistiqamahannya. Dengan munculnya rasa bahagia, rasa aman, dan tenang itu daya pikir individu dapat melahirkan sesuatu kesinambungan lahir dan batin sehingga berpikir tentang aktivitas yang profesional, belajar yang berkesan, atau memperoleh aktivitas baru yang lebih menguntungkan. Namun, kebahagiaan tersebut muncul tidaklah secara serta merta tanpa perilaku khusyuk, tawaduk, dan dan keihlasan. Keistiqamahan mengamalkan shalat tahajud memiliki peran penting dalam peningkatan pengendalian diri berupa ketenangan. Atau, dengan kata lain, para pengamal tahajud akan terhindar dari stres. Jika kondisi ini dimiliki oleh siapapun, kesehatan fisik dan ketenangan batin merupakan hasil yang langsung dapat dirasakan oleh para pengamal shalat tahajud. Sehingga keistiqamahan melaksanakan shalat tahajud merupakan sebuah obat mujarab untuk menenangkan jiwa setiap manusia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
B. Saran
Karya tulis yang berjudul “KEISTIQAMAHAN SHALAT TAHAJUD SEBAGAI PENGHANTAR KETENANGAN JIWA MANUSIA” ini semoga dapat memberikan kita: pertama landasan teoritis berupa wawasan mengenai keislaman yang berkaitan dengan shalat tahajud serta ketenangan jiwa manusia dan kedua landasan praktis berupa semangat untuk senantiasa memperbaiki diri, mengamalkan, dan mengistiqamahkan shalat tahajud.
C. Kata Penutup
Demikian karya tulis ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dalam penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembacayang bersifat membangun demi perbaikan karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Faris, M. Abdul Qadir. 2005. Menyucikan Jiwa. Jakarta: Gema Insani Press
al-Atsari, Abu Ihsan. 2010. Rahasia Shalat Malam. Surakarta: Daar An-Naba’
al-Husainy, Abu ‘Abdillah. 2005. Ayyuhal Walad terjemahan. Solo: Pustaka Zawiyah
Bahnasi, Muhammad. 2007. Shalat sebagai Terapi Psikologi. Bandung: Mizania
Daradjat, Zakiyah. 1982. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung
Fathoni, Miftah Ahmad. 2001. Pengantar Studi Islam. Semarang: Gunung Jati
Haryanto, Sentot. 2003. Psikologi Shalat. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Kartono, Kartini. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju
Kurniawan, Irwan. 2005. Keagungan Shalat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Masyhuri dan M. Zainuddin. 2009. Metodologi Penelitian. Bandung: Refika Aditama
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: RakeSarasin
Muhyidin, Muhammad. 2009. Misteri Sholat Tahajjud. Yogyakarta: DIVA Press
Mustika, Rauf. 2008. Keajaiban Shalat Tahajud. Jakarta: Qultum Media
Musyafiq, Ahmad.. 2010. Model Spiritualitas. Semarang: Akfi Media
Nasution, Muslim. 2002. Menuju Ketenangan Batin. Jakarta: Gema Insani
Rajab, Khairunnas. 2011. Psikologi Ibadah. Jakarta: Amzah
Rif’an, Ahmad Rifa’i. 2011. Tombo Ati. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Rifa’i, Mohammad. 1976. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : C.V Toha Putra
Salim, Mukhtar. 2009. Sehat Jiwa Raga dengan Shalat. Klaten: Wafa Press
Sholeh, Mohammad. 2007. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta: Hikmah Populer
Sunarto, Ahmad. 2010. Gairah Malam. Semarang: Pustaka Nuun
[2] Takziyatun nafsi adalah membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang mengarahkan kepada kemaksiyatan dan juga dosa.
[14] Ahmad Sunarto, lailus Shalihin wa Qashasul ‘Abidin terjemahan, (Semarang: Pustaka Nuun, 2010), hlm. 20
[32] Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 4

Komentar
Posting Komentar